BUDIDAYA IKAN GURAME

Share:
I. Pendahuluan
Ikan gurami (Oshpronemus gouramy) merupakan ikan asli Indonesia dan berasal dari perairan daerah Jawa Barat. Ikan ini merupakan salah satu komoditi perikanan air tawar yang cukup penting apabila dilihat dari permintaannya yang cukup besar dan harganya yang relatif tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya seperti ikan mas, nila, tambakan dan tawes. Ikan gurami merupakan salah satu sumber protein yang cukup tinggi. Bagi masyarakat umum, ikan ini dipandang sebagai salah satu ikan bergengsi dan biasanya disajikan pada acara-acara yang dianggap penting. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila ikan gurami menjadi salah satu komoditi unggulan di sektor perikanan air tawar.

Selama ini masyarakat mengenal beberapa jenis gurami, antara lain: angsa, jepun, blausafir, paris, bastar dan porselen. Gurami porselen lebih unggul dalam hal menghasilkan telur. Ikan gurami dapat tumbuh normal di daerah pada ketinggian 50-400 m dpl. Kualitas air pemeliharaannya harus bersih, dasar kolamnya tidak berlumpur dan tidak terlalu keruh. Kedalaman kolam 70-100 cm. Pengairan xang baik akan mempengaruhi pertumbuhan ikan. Umumnya budidaya ikan gurami masih dilaksanakan oleh masyarakat dengan teknologi semi intensif. Masa pemeliharaanya relatif lama sehingga dilakukan dalam beberapa tahap pemeliharaan yaitu tahap pembenihan, tahap pendederan dan tahap pembesaran, dimana pada masing-masing tahapan menghasilkan produk yang dapat di pasarkan secara tersendiri. Selain lebih mahal, ikan gurami ini memiliki banyak penggemar fanatik, sehingga cocok dikembangkan untuk menambang keuntungan.

Ikan gurami adalah ikan air tawar yang banyak digemari konsumen. Dagingnya empuk, rasanya enak dan gurih serta harganya pun relatif lebih mahal bila dibandingkan jenis ikan air tawar lainnya.

Ikan gurami merupakan ikan yang relatif lambat pertumbuhannya dan baru mencapai kematangan telur sekitar umur 2 tahun.

Ciri-ciri yang membedakan antara ikan gurami betina dan jantan adalah sebagai berikut :
 Gurami betina
Gurami jantan
Dahi dempak (papak)
Dahi menonjol
Dasar sirip dada gelap kehitaman
Dasar sirip dada terang keputihan
Dagu keputihan sedikit coklat
Dagu kuning
Jika diletakkan pada tempat yang datar ekor bergerak-gerak
Jika diletakkan pada tempat datar ekor akan naik
Bentuk bibir tipis
Bentuk bibir tebal


II. Teknis Budidaya Pembesaran Gurami
Untuk mendapatkan kualitas ikan gurami yang optimal selama budidaya maka diperlukan persyaratan minimal yang harus dipenuhi, antara lain:
Dilaksanakan di dataran rendah pada ketinggian 20 – 400 m dpl.Kuantitas dan kualitas air mencukupi. Kualitas air yang dibutuhkan yaitu air tenang, bersih, dasar kolam tidak berlumpur (kekeruhan air 40 cm dari permukaan air), tidak tercemar bahan kimia beracun dan limbah (kadar NH3 tidak lebih besar dari 0,02%), pH air  6,5 - 8. Apabila pH di bawah 6,5 maka untuk menaikkan pH di lakukan pengapuran dengan CaCO3, sedangkan apabilah pH diatas 8 maka untuk menurunkan dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang.Tanah tidak berporous dan cukup mengandung humus, sehingga tanah dapat menahan massa air yang besar dan tidak mudah bocor, sedangkan perbandingan antara tanah liat dan pasir kurang dari 60%:40%.Kemiringan tanah 3 - 5% untuk memudahkan pengairan kolam.Temparatur optimum 25 - 30oC.Kandungan oksigen dalam > 2 ppm.

(1). Persiapan kolam
Sebelum dilakukan kegiatan budidaya, perlu dilakukan pembuatan kolam yang meliputi antara lain pembuatan pematang, saluran pemasukan air dan saluran pembuangan air, pintu pematang air, pintu pembuangan air, caren dan kowean/kobakan, serta pengolahan dasar kolam dengan pupuk dan kapur.
Kolam yang baik untuk gurami berasal dari jenis tanah liat/lempung, tidak berporos dan cukup mengandung humus. Jenis tanah seperti ini dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor. Kemiringan tanah berkisar 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.

Kolam budidaya gurami terdiri dari kolam penyimpanan induk, pemijahan, pendederan, pembesaran, dan pemberokan. Kolam pembesaran berfungsi membesarkan bibit hingga mencapai ukuran ikan konsumsi.  Jumlah bibit yang ditebar sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/m2.

Kolam pemberokan adalah tempat pembersihan ikan sebelum dipasarkan. Kolam ini berukuran 10 x 10 m. Lebar pematang bagian atas 0,5 m, dan bagian bawah 1 m dengan ketinggian 1 m. Setelah kolam siap untuk digunakan pembesaran ikan gurami.

(2).  Pembuatan kolam
Luas kolam optimal untuk pembesaran ± 200 m2 dengan konstruksi kolam berupa kolam tanah. Kedalaman air kolam sekitar 1 m dari dasar kolam dibuat tidak terlalu berlumpur. Bentuk pematang dibuat trapesium yaitu lebih lebar di bagian bawah, dengan kemiringan sebaiknya tidak lebih dari 45oC.

Untuk membuat kolam dilakukan pencangkulan guna membalik tanah dasar dengan “keduk teplok”, yaitu memperdalam saluran dan pemetakan kolam yang sekaligus memperbaiki pematangnya, sehingga ketinggian air kolam nantinya mencapai 60 m. Kowean dibuat di tengah kolam dengan ukuran 1×1x0,4 m dan diberi tanggul seperti kolam kecil di dalam kolam. Kowean berfungsi untuk melepaskan benih berat 0,5 gram pada saat penebaran dan tempat unuk menangkap ikan saat panen. Setelah itu membuat caren dengan lebar 30 cm dan dalam 30 cm, yang berfungsi sebagai tampat pengumpulan benih pada saat air kolam dangkal atau surut dan untuk menggiring benih ke kowean saat panen

Pemupukan sebaiknya dilakukan setiap kali pemeliharaan, dan pada saat kolam dikeringkan, dengan tujuan untuk meningkatkan makanan alami. Caranya, pertama-tama diberi pupuk kandang 7,5 kg untuk tiap 100 m2 kolam. Air disisakan sedikit demi sedikit sampai ketinggian 10 cm, dan dibiarkan selama 3 hari. Kemudian dilanjutkan pupuk buatan (kimia), seperti TSP atau Urea, 200 gram setiap 100 m2 kolam. Pupuk ditebarkan merata ke setiap dasar dan sudut kolam.

Pada saat persiapan pembuatan kolam dilakukan juga pengeringan dasar kolam. Setelah dasar kolam kering, diberikan kapur dengan dosis 100-200 gr/m2 dan pupuk kandang 250-500 gr/m2. Pupuk kandang yang cukup baik untuk digunakan adalah kotoran ayam karena memiliki unsur hara yang lengkap untuk menumbuhkan pakan alami, mudah terurai dan kandungan amoniaknya tidak terlalu tinggi.

Setelah pengeringan selama 2 hari isi air dengan kedalaman 15 cm dan siramkan pupuk Hayati Bioboost dengan dosis 2-3 botol/hektar. Diamkan kolam selama 7 hari. Pemupukan ini dilakukan untuk menyuburkan tanah sekaligus menumbuhkan pakan alami seperti fitoplankton, zooplankton dan bentos yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan larva dan benih ikan gurami. Juga memberi kesempatan pupuk terurai dan menumbuhkan pakan alami bagi benih gurami. Kemudian isi kolam dengan air sedalam 50 cm dan masukan benih ikan gurami ke kolam. Persediaan pakan alami ini dapat memenuhi kebutuhan benih ikan selama 1-1,5 bulan.

(3). Pembesaran
Pembesaran merupakan tahapan akhir dari pemeliharaan yang menghasilkan gurami siap konsumsi. Faktor yang perlu diperhatikan adalah ukuran kolam dengan ukuran bibit yang ditebar, kualitas air kolam/lingkungan, pakan tambahan dan teknis budidayanya menggunakan monokultur atau polikultur.

Polikultur adalah cara pemeliharan gurami secara bersama-sama dengan ikan jenis lain, seperti tawes, mas, nilam, atau mujair. Cara ini lebih menguntungkan, mengingat pertumbuhan gurami lambat. Sedangkan monokultur, pemeliharaan khusus untuk gurami. Debit air kolam yang baik 3 liter/detik, sedangkan polikultur idealnya 6-12 liter/detik dengan keasaman air (pH) 6,5 - 8, dan suhu berkisar 24 - 28 oC.
Ikan yang dipelihara dapat berukuran berat 200-250 gram/ekor dan ditebar dengan kepadatan benih ± 1 - 2 kg/m2.

Dosis pemberian pakan ikan gurami seperti berikut:

Ukuran ikan (gr)
Penggunaan bahan baku (%)
  40 - 100
4,5 – 6,0
100 - 200
2,0 – 4,0
200 - 500
1,5 – 1,8


Untuk memudahkan pengelolaan pemberian pakan sebaiknya menggunakan takaran yang baku yaitu pellet diberikan sebanyak 2% biomass/hari dengan dicampurkan Pupuk Bioboost dengan dosis 1 tutup/5 kg pelet setelah lebih dulu dicampur dengan air secukupnya pada pagi dan sore hari dan hijauan berupa daun-daunan, seperti: pepaya, keladi, ketela pohon, genjer, kimpul, kangkung, ubi jalar, ketimun, labu dan dadap sebnyak  5% biomass/hari pada sore hari. Dalam waktu 4 bulan ikan akan mencapai ukuran konsumsi dengan berat 700-800 gram/ekor.

Panen gurami tergantung permintaan konsumen. Umumnya, setelah gurami berumur 2 - 3 tahun. Umur 2 tahun, ukuran panjangnya mencapai 25 cm, dan berat 0,3 kg/ekor, umur 3 tahun panjangnya sekitar 35 cm dan beratnya 0,7 kg/ekor. Untuk ikan berumur 4 tahun panjangnya dapat mencapai 40 cm dan berat 1.5 kg/ekor. Pemanenan dilakukan dengan mengurangi air kolam dan ditangkap menggunakan alat seser dan diminimalkan terjadinya ikan luka dan terjadinya kematian.

(4). Hama dan Penyakit
Hama yang biasanya menganggu ikan gurami adalah ikan liar pemangsa seperti gabus (Ophiocephalus striatur BI), belut (Monopterus albus Zueiw), lele (Clarias batrachus L) dan lain-lain. Musuh lainnya adalah biawak (Varanus salvator Dour), kura-kura (Tryonix cartilagineus Bodd), katak (Rana spec), ular dan bermacam-macam jenis burung. Beberapa jenis ikan peliharaan seperti tawes, mujair dan sepat dapat menjadi pesaing dalam perolehan makanan.
Oleh karena itu sebaiknya benih gurami tidak dicampur pemeliharaannya dengan jenis ikan yang lain. Untuk menghindari gurami dari ikan-ikan pemangsa, pada pipa pemasukan air dipasangi serumbung atau saringan ikan agar hama tidak masuk dalam kolam.

Penyebab penyakit  didalam budidaya gurami dapat bersifat infeksi dan non infeksi. Gangguan penyakit dapat lebih mudah menyerang ikan gurami pada saat musim penghujan dimana suhu menjadi lebih lebih dingin. Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme patogen seperti prasit, bakteri ataupun virus sehingga dapat menular dengan cepat baik lewat media pemeliharaan ataupun lewat bersinggungan langsung lewat antar ikan maupun pembudidaya. Penyakit yang non infeksi disebabkan oleh non patogen seperti nutrisi, kualitas air, keracunan/polutan, genetik maupun penanganan (handling).

Ciri-ciri ikan yang terkena penyakit infeksi oleh patogen adalah sebagai berikut :

·         Penyakit pada kulit :
Pada bagian tertentu kulit berwarna merah, terutama pada bagian dada, perut dan pangkal sirip. Warna ikan menjadi pucat dan tubuhnya berlendir.
·         Penyakit pada insang :
Tutup insang mengembang, lembaran insang menjadi pucat, kadang-kadang tampak semburat merah dan kelabu.
·         Penyakit pada organ dalam :
Perut ikan membengkak, sisik berdiri. Kadang-kadang sebaiknya perut menjadi amat kurus, ikan menjadi lemah dan mudah ditangkap.

Salah satu parasit yang sering menyerang ikan gurami adalah Argulus indicus yang tergolong crustacea tingkat rendah yang hidup sebagai ektoparasit, berbentuk oval atau membundar dan berwarna kuning bening. Parasit ini menempel pada sisik atau sirip dan dapat menimbulkan lubang kecil yang akhirnya akan menimbulkan infeksi. Selanjutnya infeksi ini dapat menyebabkan patah sirip atau cacar.

Parasit lainnya adalah bakteri Aeromonas hdyrophyla, Pseudomonas, dan cacing thematoda yang berasal dari siput-siput kecil. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan mengangkat dan memindahkan ikan ke dalam kolam lain dan melakukan penjemuran kolam yang terjangkit penyakit selama beberapa hari agar parasit mati. Parasit yang menempel pada tubuh ikan dapat disiangi dengan pinset.

Sementara pengobatan bagi ikan-ikan yang penyakitnya lebih berat dapat menggunakan bahan kimia seperti Kalium Permanagat (PK), neguvon dan garam dapur. Alternatif lain, daun lambesan (Chromolaena odorata) digunakan sebagai antibiotik dengan cara dimasukkan ke dalam kolam sebelum ikan di tebar yaitu pada saat pengolahan kolam.

Penyakit nutrisi disebabkan oleh satu atau beberapa unsur hara yang diperlukan serta ketidakseimbangan komposisi pakan yang diberikan kepada ikan. Pakan yang kurang bermutu, seperti kekurangan vitamin dapat mengakibatkan menurunnya kekebalan ikan terhadap penyakit, menghambat pertumbuhan ikan dan mudah terserang penyakit. Gejala-gejala penyakit ikan akibat kekurangan nutrisi seperti kurang nafsu makan, perut kembung, perubahan warna kulit, kelainan bentuk tulang, sirip rontok, mata menonjol, tumbuh lambat, iritasi, pendarahan kulit, rentan penyakit ataupun efisiensi pakan buruk.

Cara mengatasinya harus menggunakan pakan dengan kualitas baik dan tepat ukurannya serta bebas dari bahan-bahan yang tercemar yang dapat membahayakan kesehatan ikan. Pemberian pakan harus teratur sehingga pengamatan tingkah laku dan nafsu makan dapat terpantau perkembangannya.
Semoga Bermanfaat.

Tidak ada komentar